KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat TuhanYang Maha Esa atas
rahmat dan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan paper
ini dengan baik.
Adapun judul dari paper ini adalah “Teknik
Okulasi Pada Tanaman Jeruk (Citrus sp.)”, yang merupakan salah satu
syarat untuk dapat mengikuti pra praktikal test di Laboratorium
Agronomi Tanaman Buah, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
dosen mata kuliah Agronomi Tanaman Buah yaitu, Ir. Asil Barus,MS;Ir.
Jasmani Ginting, MP; Ir. Rosita Sipayung, MP; Ferry Ezra Sitepu, SP.
MSi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada abang dan kakak
asisten yang telah membimbing dan membantu selama pengerjaan paper ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan papaer ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun.
Atas perhatiannya, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga papaer ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Maret 2010
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................. ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................... 1
Tujuan Penulisan .............................................................. 3
Kegunaan Penulisan ............................................................ 3
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman .............................................................. 4
Syarat Tumbuh ............................................................... 6
Iklim ...................................................................... 6
Tanah ...................................................................... 7
Teknik Okulasi Pada Tanaman Jeruk (Citrus sp )
Pengertian Okulasi ......................................................... 9
Batang Bawah untuk Okulasi ................................................. 11
Batang Atas untuk Okulasi .................................................. 12
Tahap Okulasi ............................................................... 13
Persiapan Batang Bawah .................................................... 13
Pengambilan Mata Tunas .................................................... 13
Penyisipan Mata Tunas ...................................................... 14
Pengikatan Tempelan ....................................................... 15
Pembukaan Sayatan ........................................................... 15
Pemotongan Batang Pokok ................................................... 16
Kelebihan dan Kekurangan Okulasi ........................................... 17
Kelebihan Okulasi ......................................................... 17
Kelemahan Okulasi ......................................................... 18
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman
jeruk berasal dari Asia Tenggara, India, Cina, Australia dan Kaledonia
Baru, tetapi perkebunan jeruk terluas berada di daerah subtropis yaitu:
USA, Italia, Spanyol, Israel, Mesir. Di Asia terdapat di Jepang, Cina,
Taiwan, Korea,India, dan Irak, sedangkan negara-negara tropis tercatat
antara lain Venezuela, Ekuator, dan Peru (Barus dan Syukri, 2008).
Pada
mulanya, jeruk manis dimakan sebagai buah segar atau sebagai pencuci
mulut setelah makan. Akan tetapi karena kulitnya tebal dan susah
dikupas,seringkali orang memerasnya untuk mengambil airnya. Air buah
jeruk ini dapat dikonsumsi dalam bentuk air buah segar, didinginkan
terlebih dahulu, atau dipasteurisasi agar lebih tahan lama. Adapula
yang dipekatkan dan dijadikan tepung (Pracaya, 2009).
Jeruk
adalah buah-buahan yang nilai gizinya cukup tinggi dan memberi
penghasilan yang tidak sedikit artinya bila diusahakan secara
sungguh-sungguh. Di samping itu buah jeruk merupakan salah satu bahan
makanan tambahan yang mengandung zat-zat pengatur proses dalam tubuh
manusia yang setiap hari mutlak dibutuhkan dan makin digemari
masyarakat (Joesoef, 1993).
Pertanaman jeruk di Indonesia selain
jumlah dan luas pertanaman masih perlu ditingkatkan, penerapan
teknologi budidaya pun harus ditingkatkan, khususnya di tingkat petani.
Rendahnya produksi dan pendeknya umur jeruk di Indonesia yang
disebabkan oleh serangan penyakit membuktikan bahwa teknik budidayanya
belum sepenuhnya diterapkan. Dengan teknik budidaya yang benar, pada
umur diatas 25 tahun tanaman jeruk masih sangat produktif (Soelarso,
1996).
Berkenaan dengan usaha pengembangan dan pembudidayaan
tanaman jeruk, terasa sangat penting memperkenalkan jeruk dan
kerabatnya kepada petani. Hal ini agar petani dapat lebih mengerti dan
mencintai serta mengetahui manfaatnya dalam menunjang kehidupan dan
ekonomi petani. Wilayah Sumatera Utara yang telah lama dikenal sebagai
salah satu sentra agribisnis buah-buahan seperti jeruk, ternyata dalam
eraglobalisasi tidak mampu bersaing dengan buah jeruk daerah lain
(Barus dan Syukri, 2008).
Walaupun populasi tanaman mengalami
peningkatan yang tajam, namun sampai saat ini produksi jeruk belum
memenuhi harapan. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya pengetahuan para
petani dalam hal bercocok tanam jeruk yang benar. Kendala lain yang
menyebabkan produk buah jeruk di Indonesia belum memenuhi harapan
adalah adanya serangan penyakit CVPD sehingga banyak tanaman jeruk
menjadi musnah (AAK, 2004).
Pembiakan aseksual atau pembiakan
secara tak kawin adalah dasar dari pembiakan vegetatif, memungkinkan
tanaman-tanaman memulikan dirinya dengan regenerasi dari
jaringan-jaringan dan bagian-bagian yang hilang. Pembiakan ini terjadi
dengan menggunakan bagian tumbuh induknya. Pada banyak tanaman,
pembiakan vegetatif merupakan prose salami, sedangkan pada tanaman lain
sedikit banyak secara buatan. Cara-cara pembiakan vegetatif sangatlah
banyak dan pemilihan cara tergantung pada tanahnya dan tujuan
pembiakan. Pembiakan vegetatif tanaman dapat terjadi secara alamiah
atau dibuat oleh manusia. Secara alamiah perkembangan terjadi melalui
pembelahan sel, spora, tunas, rhizome dan geragih sedangkan pembiakan
vegetatif buatan dimanfaatkan melalui cara stek, cangkok, okulasi dan
menyambung (http://www.mlusmays.multiply.com, 2010).
Pengadaan
bibit secara okulasi ini sudah banyak dikembangkan, terutama dalam
usaha menciptakan bibit-bibit jeruk unggul yang cepat menghasilkan dan
tahan terhadap kemungkinan serangan hama serta penyakit (AAK, 2004).
Secara
umum, bibit okulasi dapat dikatakan paling diminati karena merupakan
perpaduan dua sifat unggul tetuanya. Batang bawah bibit okulasi tidak
berasal dari sembarang jenis jeruk. Jeruk yang biasa dibuat sebagai
batang bawah adalah rough lemon, japanese citroen, keprok kleopatra
mandarin, keprok ragi, keprok uwik, jeruk nipis, dan jeruk poncirus
(Tim Penulis PS, 2003).
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan
dari penulisan paper ini adalah untuk mengetahui teknik-teknik yang
dilakukan pada okulasi tanaman jeruk (Citrus sp.)
Kegunaan Penulisan
Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti pra praktikal test di
Laboratorium Agronomi Tanaman Buah Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut Soelarso (1996), tanaman jeruk (Citrus sp.) mempunyai sistematika sebagai berikut:
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Rutales
Famili : Rutaceae
Genus : Citrus
Spesies : Citrus sp.
Ujung akar selalu terdiri dari sel-sel muda yang senantiasa membelah
dan merupakan titik tumbuh akar jeruk. Keadaan sel akar ini sangat
lembut, sehingga mudah sekali rusak kalau menembus tanah yang keras dan
padat. Ujung akar terlindungi oleh tudung akar (calyptra), yang bagian
luarnya berlendir, sehingga ujung akar mudah menembus tanah. Bagian
luar tudung akar ini cepat rusak (aus), tetapi di dalamnya selalu
ditumbuhi oleh sel-sel baru lagi. Di belakang titik tumbuh, sel-sel
terbagi-bagi di bagian luarnya yang akan menjadi kulit luar. Tepat
dibawah kulit luar ada kulit pertama dan ditengah-tengahnya merupakan
pusat yang disebut empulur. Epidermis (kulit luar) terdiri dari susunan
sel-sel dan di antara sel-sel itu tidak terdapat celah-celah, sebab
sel-sel ini saling berhimpit (AAK, 2004).
Pohon jeruk yang
sekarang ditanam di Indonesia berbentuk bulat dan tingginya dapat
mencapai 5-15 meter. Jeruk keprok berbatang rendah tingginya 2-8 meter,
tajuk pohon tidak beraturan, dahan kecil, cabangnya banyak, tajuknya
rindang dan letak dahan berpencar. Lingkar batang 12-36 cm (Soelarso,
1996).
Bentuk daun bulat telur (elips), panjangnya lebih kurang
5-15 cm dan lebar 2-8 cm. Ujungnya runcing sedikit tumpul dan biasanya
sedikit berlekuk. Bagian tepi daun kadang-kadang bergerigi halus, tidak
berbulu pada kedua permukaannya. Permukaan atas berwarna hijau tua
mengilat dengan titik-titik kuning muda, permukaan bawah berwarna hijau
muda sampai hijau kekuningan kusam dengan titik-titik hijau tua. Bila
daun dimemarkan akan timbul bau harum khas jeruk. Tulang daun bagian
bawah bila dilihat dari permukaan bawah berwarna hijau muda, mempunyai
cabang berjumlah 7-15 pasang. Setelah sampai di tepi, melengkung dan
bertemu menjadi satu dengan tulang daun tepi. Tangkai daun pendek,
setengah bulat, bagian bawah berwarna hijau muda (hijau kekuningan),
bagian atas datar dengan alur, berwarna hijau tua, mempunyai sayap daun
yang bentuknya bulat telur terbalik memanjang (obovate-oblong), panjang
0,5-3,5 cm dan lebar 0,2-1,5 cm (Pracaya, 2009).
Tamanan jeruk
berbunga majemuk yang keluar dari ketiak daun di ujung cabang. Bunga
kecil dan bertangkai pendek dengan daun pelindung kecil serta berbau
harum. Kelopak bunga bentuknya cawan bulat telur, dan tajuk bunga ada
lima lembar dengan bentuk bulat telur panjang kearah pangkal disertai
ujung menyempit. Putik berwarna putih bintik-bintik dan berkelenjar
serta umumnya berbunga diakhir musim kering. Bakal buah bentuknya
seperti bola dengan garis tengahnya 0,15-0,20 cm. Buah yang sudah jadi
bentuknya agak besar, beruang antara 9-19 ruangan dengan pangkal buah
adalah pendek. Buah yang sudah tua warna kulitnya ada hijau tua, hijau
muda, kuning, orange dengan kulit mengkilap, licin dan penuh pori-pori
(Barus dan Syukri, 2008).
Buah jeruk ada yang berbentuk bulat,
oval (hampir bulat), atau lonjong sedikit memanjang. Tangkai buah
rata-rata besar dan pendek. Kulit buah ada yang tebal dan ulet, tetapi
ada juga yang tipis tidak ulet, sehingga kulit mudah dilepas. Dinding
kulit buah jeruk berpori-pori. Terdapat kelenjar-kelenjar yang berisi
pectin. Kadar pectin yang paling tinggi terdapat pada jeruk garut,
yakni 3-3,5%, lebih tinggi jika dibandingkan engan jeruk siam dan jeruk
bali. Kandungan pectin terbanyak ada di lapisan dalam kulit jeruk yang
sering disebut albedo (AAK, 2004).
Biji jeruk harus segera
disemaikan dalam keadaan masih segar. Biji jeruk tidak mengalami masa
dormansi, bila kekeringanakan rusak. Temperatur optimal lebih kurang
32oC. Dalam beberapa hari setelah disemai, biji jeruk kelihatan
menggembung karena mengabsorpsi air (Pracaya, 2009).
Syarat Tumbuh
Iklim
Jeruk manis banyak ditanam di daerah 20-40oLU dan 20-40oLS. Di daerah
subtropis, ditanam di dataran rendah sampai ketinggian 650 m dpl,
sedangkan disekitar katulistiwa dapat ditanam sampai ketinggian 2.000 m
dpl (Pracaya, 2009).
Suhu optimal untuk pertumbuhan tanaman
jeruk antara 25-30oC. Aktivitas pertumbuhan jeruk sangat terganggu bila
suhu kurang dari 13oC, tetapi masih dapat bertahan pada suhu 38oC.
Untuk jeruk keprok temperatur rata-rata yang diperlukan adalah 20oC
(Soelarso, 1996).
Tanaman jeruk membutuhkan banyak penyinaran
matahari, yaitu sekitar 50-70%. Keadaan udara yang lembab akan
menimbulkan lebih banyak penyakit cendawan, sebaliknya keadaan udara
yang kering akan menimbulkan lebih banyak serangan hama terutama scale
insect (kutu perisai) dan kutu penghisap lainnya. Di daerah-daerah
jeruk di Indonesia rata kelembabannya berkisar 50-85% dan 70-80%
(Joesoef, 1993).
Kebun jeruk yang sering dilanda angin cukup
besar, perlu ditanami tanaman penahan angin. Angin dengan kecepatan
24-32 km per jam menyebabkan buah jeruk seperti tergores, kecepatan
40-48 km per jam buah akan terguncang-guncang., mungkin juga ada yang
rontok, kecepatan 48-64 km per jam buah yang masak akan rontok semua,
terutama pada kebun jeruk yang tak mempunyai tanaman penahan angin.
Apabila kelembaban rendah dan temperatur tinggi, maka angin akan
menyebabkan kekeringan daun dan ranting-ranting yang kecil mati
(Pracaya, 2009).
Tanah
Tanah yang baik adalah lempung
sampai lempung berpasir dengan fraksi liat 7-27%, debu 25-50% dan pasir
< 50%, cukup humus, tata air dan udara baik. Jenis tanah Andosol dan
Latosol sangat cocok untuk budidaya jeruk (http://www.pusri.co.id,
2010).
Kondisi tanah yang cocok untuk tanaman jeruk adalah
sandy loam dan clay. Yang penting keadaan tanah tersebut harus selalu
gembur dan tidak menyimpan air terlalu banyak (poreous). Kandungan air
yang baik adalah pada kedalaman 50-150 cm di bawah permukaan tanah, dan
apda kedalaman 150-200 cm di bawah permukaan tanah masih dapat juga
ditanami jeruk (AAK, 2004).
Jeruk siam membutuhkan pH tanah
antara 5-7,5. Hasil maksimum diperoleh pada pH 6. Pada tanah yang
ber-pH dibawah kisaran tersebut, tanaman jeruk memperlihatkan gejala
yang sama dengan defisiensi unsur hara: daun menguning dan buahnya
tidak dapat berkembang dengan baik. Sedangkan pada tanah yang mempunyai
pH diatas kisaran tersebut, tanaman jeruk memperlihatkan gejala seperti
kekurangan unsur borium pada pucuk-pucuk daun. Jika terpaksa menanam
pada tanah di luar kisaran pH tersebut, maka perlu dilakukan
netralisasi tanah (Tim Penulis PS, 2003).
Teknik Okulasi Pada Tanaman Jeruk (Citrus sp. )
Pengertian Okulasi
Okulasi sering juga disebut dengan menempel, Oculatie (Belanda) atau
Budding (Inggris). Cara memperbanyak tanaman dengan okulasi mempunyai
kelebihan jika dibandingkan dengan stek dan cangkok. Kelebihannya
adalah hasil okulasi mempunyai mutu lebih baik dari pada induknya. Bisa
dikatakan demikian karena okulasi dilakukan pada tanaman yang mempunyai
perakartan yang baik dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit
dipadukan dengan tanaman yang mempunyai rasa buah yang lezat, tetapi
mempunyai perakaran kurang baik. Tanaman yang mempunyai perakaran baik
digunakan sebagai batang bawah. Sedangkan tanaman yang mempunyai buah
lezat diambil mata tunasnya untuk ditempelkan pada batang bawah dikenal
dengan sebutan batang atas (http://www.mlusmays.multiply.com, 2010).
Untuk membuat bibit jeruk berupa okulasi atau sambungan (grafting) perlu diperhatikan hal-hal berikut ini.
1. Mempunyai sendiri pohon induk untuk batang bawah dan atas, sehingga tidak dari orang lain.
2. Mempunyai pengetahuan dan keterampilan tentang cara meng-okulasi dan menyambung.
3. Mempunyai pengetahuan tentang berbagai macam hama dan penyakit serta tentang cara penanggulangannya.
4.
Cukup mempunyai alat-alat yang diperlukan, yaitu pisau tempel/pangkas,
gunting pangkas, gunting pangkas, dan alat-alat pertanian lainnya.
5. Cukup tersedianya pupuk kandang dan pupuk buatan.
6. Mempunyai pengetahuan tentang tanda-tanda dan menyeleksi semai (seedling) yang baik (vegetatif) untuk batang bawah
(Joesoef, 1993).
Tanaman jeruk merupakan tanaman tahunan (perennial), sehingga dlam
perbanyakannya dilakukan secara vegetatif, yaitu penyambungan tanaman.
Pedoman pemilihan bibit berkualitas antara lain:
a. Bibit harus bebas dari penyakit sistemik seperti CVPD.
b. Bibit harus bersertifikat atau berlebel oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih.
c. Bi bit harus dari perbanyakan vegetatif dengan penyambungan tanaman (enten dan okulasi), dengan batang bawah pilihan.
d. Tinggi bibit sebaiknya sudah mencapai tinggi 60-80 cm dan mempunyai sistem percabangan yang menyebar.
e.
Bibit sehat, pertumbuhan vigor, batang kokoh, daun lebat, berwarna
hijau tua, permukaan kulit mulus halus sarta berwarna kecoklatan
(Barus dan Syukri, 2008).
Waktu untuk melakukan okulasi yang paling baik adalah pada saat kulit
batang bawah maupun batang atas mudah dikelupas dari kulitnya. Saat ini
terjadi pada waktu pembelahan sel dalam kambium berlangsung secara
aktif (Wudianto, 2001).
Batang Bawah untuk Okulasi
Umur
batang bawah untuk dapat diokulasi sangat beragam tergantung kepada
jenis tanamannnya. Ada yang masih berumur 9 bulan sudah bisa diokulasi,
tetapi ada juga lebih dari 4 tahun baru bisa diokulasi. Tetapi yang
umum tanaman dapat diokulasi lebih kurang berumur 1 tahun atau
cabangnya sudah mencapai sebesar ibu jari (Wudianto, 2001).
Tanaman yang dijadikan sebagai batang bawah harus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1) Sistem perakaran harus cukup kuat, serta mampu beradaptasi pada keadaan tanah yang kurang mendukung
2)
Berkecepatan tumbuh sesuai dengan batang atas yang digunakan, sehingga
dapat hidup bersama secara ideal dan dalam waktu tertentu.
3) Batang dan akar cukup kuat sehingga mampu menahan batang atas terutama pada jenis tanaman berbuah lebat.
4) Tidak mengurangi kuantitas maupun kualitas buah pada tanaman yang berbentuk sebagai hasil sambungan.
(Barus dan Syukri, 2008).
Menurut Joesoef (1993), batang bawah mempunyai ciri:
a. Perakaran yang kuat dan dalam serta tahan terhadap penyakit akar dan batang.
b. Pertumbuhan kuat dan sehat serta dapat tumbuh serasi dengan batang ats (compatible).
c. Toleran terhadap penyakit virus Tristeza.
d. Buah dan biji banyak.
Batang Atas untuk Okulasi
Batang atas dari bibit okulasi sebenarnya hanya berupa mata dari
tanaman yang kita kehendaki. Agar okulasi memuaskan tentu saja mata ini
harus diambil dari pohon induk yang subur dan dari cabang yang tidak
terserang hama-penyakit. Sebab penyakit dapat ditularkan oleh mata yang
ditempelkan. Bentuk mata yang baik adalah bulat dan besar-besar. Mata
demikian dapat diperoleh dari cabang yang telah berumur lebih-kurang 1
tahun. Jika cabang yang diambil matanya masih terlalu muda biasanya
mata sulit untuk dilepas. Tanda cabang yang memenuhi syarat adalah
berwarna hijau kelabu atau kecoklatan (Wudianto, 2001).
Tanaman yang dijadikan batang ats haruslah mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
1) Berasal dari pohon yang sehat, terutama bebas dari penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan virus.
2) Berasal dari pohon yang sifat-sifatnya sesuai dengan sifat yang diinginkan.
3) Tidak mengurangi kualitas batang bawah, pada tanaman yang terbentuk sebagai hasil sambungan.
(Barus dan Syukri, 2008).
Menurut Joesoef (1993), syarat batang atas adalah:
1. Produksi tinggi dan kualitas buah baik.
2. Pohon sehat, terutama bebas dari penyakit virus Tristeza dan CVPD.
3. Umur tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua.
4. Ranting untuk mata tempel dan sambungan tidak berduri dan tidak ada menunjukkan gejala-gejala kuning atau mutasi.
5. Pohon induk berada ditempat yang sekitarnya (radius 5 km) tidak ada tanaman yang sakit, terutama CVPD.
Tahap Okulasi
Persiapan Batang Bawah
Supaya okulasi berhasil dengan baik dicari tanaman yang kulitnya mudah
dikupas dari kayunya, yaitu tanaman yang masih aktif dalam
pertumbuhannya sel-sel kambium aktif dalam pembelahan diri dan akan
segera membentuk jaringan baru bila kulit diambil dari kayunya
(Pracaya, 2009).
Bentuk irisan batang bawah bergantung pada
cara okulasi yang kita pilih. Misalnya kita melakukan irisan dengan
benntuk huruf T. Irisan ini kita buat pada bagian kulit yang halus.
Kurang lebih pada batang 20 cm di ats permukaan tanah. Dalam membuat
irisan ini kita harus hati-hati, irisan tidak boleh terlalu dalam.
Kedalaman yang baik adalah setebal kulit batang. Jika irisan terlalu
dalam dan melukai bagian kayunya dapat mengakibatkan kegagalan okulasi
(Wudianto, 2001).
Pengambilan Mata Tunas
Untuk mata
tunas harus diambil dari ranting pohon yang sudah terpilih dan memenuhi
beberapa persyaratan. Ranting yang diambil tidak menunjukkan
gejala-gejala menguning dan mutasi. Mengambil ranting itu jangan
diwaktu siang hari, sebab keadaan ranting waktu itu kurang baik
(Joesoef, 1993).
Pengambilan mata tunas dapat dilakukan dengan
3 cara, dengan demikian dapat diperoleh mata tempel yang sesuai dengan
cara yang digunakan. Etiga macam bentuk pengambilan mata tunas yaitu
segi empat, sayatan, dan bulat. Bentuk segi empat diperoleh dengan
mengiris secara horizontal 1,5 cm di atas dan di bawah mata, kemudian
unung-ujung irisan kita hubungkan sehingga membentuk segi empat
(Wudianto, 2001).
Penyisipan Mata Tunas
Langkah ini
harus kita lakukan secara hati-hati. Pokok keberhasilan dari okulasi
adalah pada saat menyisipkan mata tunas. Mata tunas yang kita peroleh
kita sisipkan di bawah kulit batang pokok yang telah diiris. Atau bila
menggunakan pisau haji ali bulatan mata tunas ini kita tempelkan tepat
pada irisan bulat yang telah kita buat sebelumnya. Dalam penyisipan
atau penempelan mata tunas jangan sampai ada kotoran yang menempel pada
kambium, karena dapat mengganggu menyatunya penempelan (Wudianto, 2001).
Ranting mata tempel yang berbentuk bulat mempunyai mutu yang lebih baik
yang dibandingkan dengan yang bentuknya segitiga dan relatif masih
pipih. Untuk mencegah berkembangnya cendawan, perlu dilakukan beberapa
perlakuan, yakni: setelah ranting mata tempel diambil dari pohon induk,
untuk menghindari penguapan yang berlebihan, daun pada ranting mata
tempel perlu dibuang. Selanjutnya, ranting mata tempel perlu dibuang.
Selanjutnya ranting mata tempel dicuci dengan air, kemudian direndam
dengan klorox 10% selama 1 menit. Selanjutnya dikeringanginkan dan
direndam dalam benomil 1% atau benlate selama 1 menit, kemudian
dikeringanginkan lagi (jangan lebih 15 menit) (Soelarso, 1996).
Pengikatan Tempelan
Adapun pada bibit okulasi, potongan batang bagian bawah merupakan
batang hasil persemaian biji. Sementara batang bagian atas berasal dari
’mata tempel’ pohon induk yang tumbuh menyamping. Pada tempat ’mata
tempel’, kulitnya masih menampakkan bekas tempelan yang nyata (Setiadi
dan Parimin, 2003).
Dalam kondisi tertentu, bila memperoleh
ranting mata tempel yang pangkalnya berbentuk bulat tetapi bagian
atas/pucuk masih berbentuk segi tiga, maka mate tempel yang terletak
pada bagian bawah dapat ditempel dengan okulasi biasa. Sedangkan untuk
bagian tengah dan ujungnya dapat digunakan okulasi irisan dan okulasi T
(Soelarso, 1996).
Untuk mengikat tempelan kita bisa menggunakan
pita plastik polivinil klorida. Ukuran dari pita plastik yang digunakan
umumnya panjang 20 cm, lebar 1,5 cm, dan tebalnya 1 mm. Cara mengikat
tempelan dari bawah ke atas atau sering disebut dengan sistem genting.
Yang perlu diperhatikan dalam pengikatan ini adalah bagian mata tempel
jangan diikat terlalu keras sehingga dpat mengakibatkan kerusakan pada
mata tempelan. Mata ini bisa saja tidak diikat, tetapi bahayanya bila
kena hujan akan membusuk (Wudianto, 2001).
Pembukaan Sayatan
Setelah kurang lebih dua minggu dari waktu pengikatan, kini tiba
saatnya melakukan pemeriksaan berhasil tidaknya pengokulasian. Ikatan
kita buka, lau mata tempelannya dilihat. Apabila warna mata tempelan
itu telah menjadi hijau kemerahan atau hitam, ini berarti pengokulasian
kita tidak berhasil atau mata tempelannya tidak berhasil. Tetapi jika
mata tempelan masih kelihatan hijau segar dan sudah melekat dengan
batang pokok, ini pertanda bahwa okulasi kita berhasil (Wudianto, 2001).
Semua pekerjaan tersebut diatas harus dilakukan dalam waktu yang
secepat-cepatnya. Sebab jika tidak mata tempel dan batang bawah yang
sudah dikelupas kulitnya akan menjadi kering dan tempelan itu akan
gagal pula/tidak jadi (Joesoef, 1993).
Pemotongan Batang Pokok
Bila telah ada kepastian bahwa mata tempelan sudah hidup, selanjutnya
adalah memotong batang pokok. Pemotongan batang pokok ada tiga cara,
kita tinggal memilih dari ketiga cara tersebut.
1. Batang pokok
langsung dipotong 1 cm diats mata tempelan, dengan bentuk potongan
miring ke belakang sehingga air hujan atau air siraman dapat jatuh ke
bawah dan tidak akan ”mangkal” pada tempelan mata.
2. Batang pokok
dipotong 10 cm diatas mata tempelan. Dengan tujuan agar apabila tunas
telah tumbuh tinggi dapat dipergunakan untuk mengikat batang agar dapat
tumbuh tegak lurus. Apabila tunas telah tumbuh sampai 30 cm, maka
batang pokok ini akan kita potong dangan ketinggian 1 cm diats mata
tempelan.
3. Pada pemotongan ketiga tidak dilakukan sekaligus.
Kedalaman pemotongn cukup setengah dari diameter batang pokok, kemudian
batang pokok direbahkan.
(Wudianto, 2001).
Menurut Joesoef (1993). Perlakuan dan pemeliharaan selanjutnya setelah ditempel adalah sebagai berikut
a)
Setelah tempelan itu jadi, batang bawah pada ketinggian 10 cm diatas
tempat penempelan disayat ± 2/3 bagian, kemudian dipatahkan sehingga
terkulai (menggantung).
b) Dengan cara demikian tunas akan cepat
tumbuh dari mata tempel dan enam bulan setelah ditempel sudah dapat
dipindahkan ke dalam keranjang atau 9 bulan sesudah ditempel sudah
dapat menjadi bibit berupa stump.
c) Tunas-tunas yang tumbuh dibawah
tempelan pada batang bawah dibuang, sehingga tunas dari mata tempel
dapat dengan leluasa tumbuh.
d) Tunas dari mata tempel dibiarkan tumbuh lurus ke atas dan tidak bercabang sampai setinggi ± 60 cm.
Kelebihan dan Kekurangan Okulasi
Kelebihan Okulasi
Keuntungan-keuntungan pembiakan vegetatif antara lain adalah
bahan-bahan heterozigot dapat dilestarikan tanpa pengubahan pembiakan
vegetatif lebih baik dibandingkan pembiakan secara generatif. Karena
pada pembiakan vegetatif satu tumbuhan induk dapat menghasilkan
beberapa individu baru dalam waktu yang cukup singkat, banyak tanaman
yang dikembangkan secara vegetatif dapat melestarikan sifat hasil yang
dimiliki oleh tanaman induk (http://www.mlusmays.multiply.com, 2010).
Keuntungan dari memperbanyak dengan cara okulasi dan sambungan ialah,
bahwa kita dapat membuat bibit dalam jumlah yang banyak dan dalam waktu
yang relatif singkat (Joesoef, 1993).
Kelemahan Okulasi
Kekurangan dan kerugian dari pembiakan vegetatif adalah biasanya
tanaman yang berfungsi sebagai tanaman induk mudah rusak. Jumlah biji
yang diperoleh terbatas, perakaran tanaman hasil biakan vegetatif
kurang, dan umur tanaman lebih pendek
(http://www.mlusmays.multiply.com, 2010).
KESIMPULAN
1. Supaya okulasi berhasil dengan baik dicari tanaman yang kulitnya mudah dikupas dari kayunya.
2.
Waktu untuk melakukan okulasi yang paling baik adalah pada saat kulit
batang bawah maupun batang atas mudah dikelupas dari kulitnya.
3. Tanaman dapat diokulasi lebih kurang berumur 1 tahun atau cabangnya sudah mencapai sebesar ibu jari.
4. Batang atas dari bibit okulasi sebenarnya hanya berupa mata dari tanaman yang kita kehendaki.
5.
Keuntungan dari memperbanyak dengan cara okulasi dan sambungan ialah,
bahwa kita dapat membuat bibit dalam jumlah yang banyak dan dalam waktu
yang relatif singkat.
6. Kekurangan dan kerugian dari pembiakan vegetatif adalah biasanya tanaman yang berfungsi sebagai tanaman induk mudah rusak.
DAFTAR PUSTAKA
AKK, 2004. Budidaya Tanaman Jeruk. Kanisius, Yogyakarta.
Barus, A. dan Syukri, 2008. Agroteknologi Tanaman Buah-Buahan. USU-Press, Medan.
http://www.mlusmays.multiply.com, 2010. Perbanyakan Vegetative. Diakses tanggal 7 Maret 2010.
http://www.pusri.co.id, 2010. Jeruk (Citrus sp.). Diakses tanggal 7 Maret 2010.
Joesoef, M., 1993. Penuntun Berkebun Jeruk. Penerbit Bhratara, Jakarta.
Pracaya, 2009. Cet. XV. Jeruk Manis Varietas, Budidaya, dan Pascapanen. Penebar Swadaya, Jakarta.
Redaksi Agromedia, 2007. Kunci Sukses Memperbanyak Tanaman. Cet. I. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Setiadi dan Parimin, 2003. Budidaya Jeruk Asam di Kebun dan di Pot. Penebar Swadaya, Jakarta.
Soelarso, R. B., 1996. Budidaya Jeruk Bebas Penyakit. Kanisius, Yogyakarta.
Tim Penulis PS, 2003. Peluang Usaha dan Pembudidayaan JERUK Siam. Penebar Swadaya, Jakarta.
Wudianto, R., 2001. Membuat Setek, Cangkok, dan Okulasi. Cet. XV. Penebar Swadaya, Jakarta.
bisa nih dipraktekan, saya juga suka tanaman jeruk, makasih gan sharingnya..
BalasHapus